Harta Warisan Paling Berharga


Pada 30 Maret tahun 1995 untuk pertama kalinya orang-orang mulai memanggil saya dengan nama Athifah Mukminah. Saya memiliki tiga saudara perempuan dan seorang saudara laki-laki yang setiap harinya memenuhi dada saya dengan cinta sehingga saya amat menyayangi mereka. Dan saya memiliki dua orang tua yang amat menyayangi saya, meskipun saat ini saya hanya memiliki ibu dikarenakan pada tahun 2012 ayah saya meninggal dunia, saya mencintai ibu saya yang hebat dan menyayangi ayah saya sebanyak doa yang saya panjatkan untuknya, semoga senantiasa Allah persembahkan tempat terbaik dengan perlindungan terbaik bagi beliau. Saya lahir dan dibesarkan di provinsi paling selatan pulau Sumatra, Lampung tepatnya.
Saya memulai pendidikan formal saya sejak saya berusia empat tahun di sebuah Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Fitrah Insani tak jauh dari rumah saya. Belakangan saya tahu alasan orang tua saya memilih sekolah Islam untuk pendidikan pertama saya, mereka mau yang pertama saya kenal dan paham adalah agama saya, pencipta saya. Pada tahun 2001 hingga tahun 2006 saya mendapatkan pendidikan pada jenjang sekolah dasar di SDN 1 Langkapura. Pada tahun 2006-2009 saya bersekolah di SMPIT Fitrah Insani dan pada tahun 2010 hingga 2014 saya bersekolah di SMAN 14 Bandar Lampung. Dan pada tahun 2014 saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia.

Saya adalah anak kedua dari lima bersaudara. Empat anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Saya adalah anak yang paling keras kepala dan berkeinginan keras diantara saudara-saudara saya yang lain. Pada saat ayah saya meninggal dunia, saya bersikeras untuk berenti sekolah demi membantu ibu saya mengurus administrasi kematian ayah saya, saat itu saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas di tahun kedua. Pada akhirnya saya benar-benar berhenti sekolah selama satu semester. Ketika tidak bersekolah saya sempat bekerja di sebuah konveksi sembari menjalani hobi saya, yaitu menjahit. 3 bulan bekerja, ibu saya bilang pendidikan adalah sebuah bekal yang amat sangat penting, bulan berikutnya saya kembali masuk di sebuah sekolah negri tak jauh dari rumah. 


Saat ini ibu saya memiliki empat anak yang sedang berkuliah di tempat yang berbeda-beda. Pada awalnya, saya ragu untuk kuliah dan menetap jauh dari ibu saya, namun pada saat saya ragu ibu saya berkata, “Ibu ga bisa mewariskan kamu harta yang melimpah, segunung emas, ibu cuma bisa kasih kamu bekal ilmu, sekolahlah, cari bekallah yang banyak cari pengalaman dimanapun kamu berada” berbekal pesan ibu saya, kami anak-anaknya mencari bekal kemanapun sejauh apapun karena kami yakin, satu-satunya harta kami yang berharga adalah ilmu yang kami punya. Saat ini, kakak tertua saya menimba ilmu di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Saya di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Adik pertama saya di Universitas Sriwijaya, Palembang. Dan adik perempuan saya yang terakhir menimba ilmu di Universitas Teknologi Sumbawa. Saya tahu tidak mudah mencari biaya untuk keperluan kami sekeluarga, oleh karena itu saya tanamkan di hati saya bahwa masing-masing kami adalah benih harta bagi keluarga kami harus di rawat, dipupuk agar tidak mati, supaya kelak ketika tiba masa meenuai jerih payah luka serta duka ibu saya terbayarkan sudah. 

CONVERSATION

2 comments:

just leave me A-B-C or something else

Back
to top