Hari ke dua di Ruang Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Abdul Muluk, Pukul satu lewat tiga puluh menit dini hari. Tangis isakan umi menghentakkan aku terjaga dari lelap, hilang semua kantuk. Sontak berlari mendekati ranjang tempat abi tertidur dua hari terakhir. Tak ada lagi alat bantu nafas di mulut serta hidungnya.
" Kenapa dilepas?!" sedikit teriakan membangunkan semua yang tertidur disana.
Kakak dan dua adikku berlari menyusul mendekati ranjang.
Kakak tertua abi merangkul pundakku, berbisik perlahan.
"Abinya diikhlasin ya......."
"Engga..." Aku mengusap pelan kepala abi, mengecup pangkal hidungnya.
"Abi engga boleh pergi..." berbisik perlahan seraya mengecup kembali keningnya.
"Abi belum maafin thifah, abi ga boleh pergi, thifah tau abi denger, abi bangun, AYO PULANG...." Air mata meleleh. "Thifah sayang abi" aku mengusap dadanya, merasakan denyut-denyut terakhirnya. ??!!! Satu hentakan kecil didadanya saat tangganku masih disana. Lututku lemas, terjatuh. Aku lupa siapa yang membantuku berdiri, menjauh dari ranjang duduk dipojokan.
"Kalo thifah gak kuat, disini aja yaa..." sejenak mengambil nafas. masih terisak.
"Aku mau sama abi" bangkit bediri.